Senin, 21 Desember 2009

Berburu Komik Keliling Indonesia


KOMIK sebagai sebuah media mempunyai karakteristik tersendiri. Banyak orang memahami komik hanya sebagai media hiburan atau malah membuang-buang waktu. Ada anggapan komik hanya untuk anak-anak saja. Namun, David, Dewa, dan Tommy banyak mendapatkan hal positif dari membaca komik.

Memburu komik keliling Indonesia dan berani mengeluarkan kocek hingga mencapai 20 juta sebulan, itulah yang dilakoni David Eddy Haris. Lelaki yang berprofesi wiraswasta ini sudah gemar membaca komik sejak TK. Walaupun ia belum bisa membaca, ia sangat tertarik melihat gambar-gambar di komik. Namun, sejak SMP ia beralih ke cerita Khoping Hoo. Banyak koleksi cerita silat dari negeri Cina yang dimiliki David. Namun, semenjak remaja ia mulai tertarik Ramayana. Mulai ia mengoleksi satu demi satu. “Komik Indonesia ada 1000 koleksi, dan komik Jepang dan Hongkong 1000 koleksi. Karya Tony Wong Long Hu Men dan Pedang Maha Dewa favorit saya,” tutur David.
Untuk hobinya ini, David memiliki dana khusus. Kadang ia membeli beberapa komik Rp 200.000 perbulan. Namun, ketika ia menemukan banyak koleksi, David berani merogok kocek hingga 20 juta sebulan. Untuk pengarang Indonesia, ia menyukai Ganes TH, Teguh Santosa, Jan Mintaraga, RA Kosasih, Mansur Daman dan Gerdi WK.
Lain David, lain lagi penuturan Dewa. Lajang yang berprofesi sebagai arsitek ini menyalurkan kejenuhannya bekerja dengan membaca komik. Ia menyukai komik sejak kelas II SD. Namun, koleksinya tidak lengkap karena sudah banyak yang raib dibawa keponakannya. Lelaki yang sejak kecil sudah piawai menggambar ini sangat tertantang dengan fantasi dan imajinasi yang ditampilkan di komik.
Ia menyukai tokoh Krisna dalam komik Ramayana. Baginya, figur dan nasihat yang disampaikan tokoh arif tersebut bagi Dewa, memberi kesan tersendiri baginya. “Komik mampu bertutur dengan baik dan menyampaikan nasihat kepada kita. Komik merangsang minat baca,” ujarnya. Dengan membaca komik, dewa terinspirasi dengan imajinasinya. Saat ini Dewa sedang membuat komik bertema superhero dengan tokoh Saga. Dalam komik yang ia buat, ada satu pesan disampaikannya seorang pahlawan dan ksatria tidak selalu diindentikkan dengan wajah tampan. Dewa menggambarkan Saga seseorang dengan wajah rusak akibat tragedi kebakaran. Dari situ Saga bangkit dan mampu menjadi superhero. “Saya ingin menyampaikan tidak ada manusia yang sempurna. Namun, di balik kekurangan itu, hendaknya manusia berusaha menjadi diri sendiri tanpa meniru orang lain,” ujar lelaki kelahiran Singaraja 38 tahun silam ini.
Bersama David dan Tommy, mereka membuat satu komunitas di situs http://www.balicomics.com untuk para pencinta komik di Bali. “Bagi masyarakat yang ingin berbagi koleksi komik dan berbagi infromasi seputar komik, komunitas ini adalah ajang yang tepat untuk bergabung,” ujarnya.

Menjaga keharmonisan suami istri lewat membaca komik itulah yang dilakoni pasangan Tommy Johan Agusta dengan Hermastati. Sejak kecil Tommy sudah menyukai komik. bahkan koleksi komiknya waktu kecil masih lengkap tersimpan sampai sekarang. Ia mengenalkan komik kepada istrinya sejak mereka berpacaran. Hermastati awalnya hanya penasaran. Tapi lama kelamaan, ia tertarik juga untuk membacanya. Tommy menyukai karya komikus Jepang Takeshi Maikawa yang berjudul Kungfu Boy.
Koleksi Tommy kini berkisar 1000 komik Indonesia, dan 100 komik Jepang dan Hongkong. Komik Hongkong yang digemarinya karya O Cen Wen dan Li chi Ching. Yang kini sedang diburu Tommy adalah Tepi Air kisah 108 pendekar Thian Sang.
Tommy sangat menyukai komik persilatan. Menurutnya ada satu pesan yang disampaikan yakni untuk menjadi orang yang berhasil dan sukses orang harus bekerja keras.
Uniknya, kehidupan perkawinan Tommy dan Hermastati jarang diwarnai keributan. Ketika mereka ada waktu luang, mereka selalu memanfaatkan dengan membaca komik. Menurut Hermastati tidak ada waktu untuk meributkan hal yang tidak penting. “Malah kami asyik membahas isi komik bersama-sama daripada meributkan hal tidak penting,” akunya sambil tertawa.
Dengan membaca komik membuat komunikasi pasutri ini semakin terjalin mesra. Hermastati memang tidak bekerja. Setelah selesai mengerjakan pekerjaan rumah, ia selalu memanfaatkan waktunya membaca daripada menonton sinetron.
Hobi Tommy dan istrinya yang suka membaca komik ternyata menurun juga pada dua anaknya Alindi Masihi atau yang akrab disapa Indi dan Maitri Kumara yang akrab disapa Meymey ini. Indi sejak usia 3 tahun sudah menyukai komik. Walaupun ia belum bisa membaca, Indi selalu memabwa komik kemana pun ia pergi. Sejak kelas III SD, Indi sudah mampu menggambar komik. Bahkan Indi memunyai blog sendiri memajang hasil karya komiknya.

Jadi Dalang Cilik

Lain lagi Meymey putri kedua Tommy. Kesukaannya membaca komik pewayangan, membuatnya tertarik menjadi dalang. Meymey sangat menyukai komik Ramayana. Dari situlah, akhirnya Meymey menyukai wayang. Sejak umur 4 tahun ia sudah bisa mendalang. Meymey belajar sendiri tanpa guru. Setiap hari, wayang selalu menjadi teman bermainnya. Saat tidur Meymey meminta diceritakan kisah pewayangan. Kini Meymey sudah duduk di kelas TK besar. Meymey sudah piawai mendalang. Walaupun menggunakan wayang asli, Meymey memunyai sebutan khusus untuk para tokohnya. Tokoh Yudistira disebut kakak pertama, Bima si Gendut, Arjuna Si Kurus, Nakula Sahadewa si Kurus Kering. Meymey lebih suka memanggil tokoh wayangnya dengan sebutan sesuai bentuk tubuhnya. “Kalau perutnya besar dipanggil Si Buncit,” ujar bocah siswi TK Albana itu. Saat ini Meymey memiliki 10 wayang dan sangat mengidolakan Bima yang gagah perkasa. Setiap pulang sekolah Meymey selalu menyempatkan diri bermain wayang. Saat wartawati Koran Tokoh datang ke rumahnya Meymey tampak malu-malu ketika diminta mendalang. Akhirnya dengan bujuk rayu ayahnya, Meymey bersedia menunjukkan kepiawainya itu. Tema Meymey lebih pada kehidupan sehari-hari. Ketika ayahnya menjanjikan sesuatu padanya, dan ayahnya lupa, Meymey segera mengambil wayangnya dan mulai berceloteh dan menyindir sang ayah. Tanpa merasa dikoreksi Tommy maupun Hermastati sadar untuk menepati janji mereka.
Menurut Tommy, ada satu manfaat positif yang didapat kedua putrinya dari suka membaca komik. “Selain membuat mereka menjadi gemar membaca sejak kecil, talenta Meymey dan Indi berkembang pesat,” ujar Tommy.

Komik Sinchan untuk Orang Dewasa
Komik memunyai sisi positif bagi anak karena dapat mengembangkan imajinasi anak. Namun, peran orangtua sangat penting membantu anak memilihkan komik yang tepat. Sayangnya, banyak komik Indonesia menggunakan bahasa yang belum diedit. “Banyak kata kasar tertulis di komik. Anak bisa menirunya,” ujar Psikolog Anak Retno I. G. Kusuma.
Ia menilai komik memang memiliki manfaat positif jika tema sesuai dengan perkembangan anak. “Komik merangsang minat baca anak, menunjukkan percakapan kosa kata sehingga anak dapat belajar berinteraksi dengan baik,” tutur Retno. Selain wawasan anak menjadi lebih luas rasa keingintahuannya sangat tinggi. Menurutnya bagus untuk perkembangan otak anak.
Memperkenalkan anak dengan buku-buku semacam ini secara tidak langsung menumbuhkan kebiasaan membaca buku pada anak. Hal itu dapat memancing anak untuk terus mencari buku serupa yang pada gilirannya menjadi sebuah kebiasaan baru. “Jika mencintai buku sudah tumbuh, seiring berjalannya waktu, kesukaan anak pun akan terus berkembang untuk mencari dan mempelajari buku-buku dari berbagai bidang,” ungkap Retno.
Namun, orangtua harus membatasi waktu anak membaca komik. “Ada waktu khusus mengisi liburan atau refresing. Jangan sampai kebablasan sehingga anak menjadi malas dan lupa waktu serta melupakan tugas pokoknya belajar,” ujarnya.
Ia mengatakan komik harus disesuaikan dengan usia anak. Jangan sampai ada gambar yang kurang baik dilihat anak seperti cara memukul orang, atau memperkosa. “Hal ini akan terekam kuat pada memori anak,” tandasnya.
Menurutnya komik yang bagus adalah kisah pewayangan yang mengajarkan nilai filosofi, kepahlawanan, tokoh, dan nasihat. “Komik bagus diperkenalkan sejak anak masih kecil. Komik adalah cerita bergambar. Ini merangsang visual kognitifnya untuk pengenalan warna dan bentuk,” papar Retno. Komik Sinchan kurang baik untuk anak-anak karena banyak kata-kata yang tidak sopan. Komik Sinchan di negara asalnya di Jepang dikhususkan untuk orang dewasa bukan anak-anak.
Menurutnya untuk pelajaran yang membosankan bagi anak seperti matematika, bahasa Inggris, atau sejarah sangat bagus dibuat model komik. “Anak-anak pasti menggemarinya,” saran Retno. –ast

1 komentar: